
Media sosial -baik itu Facebook,
Twitter, Google+, Whatsapp atau lainnya- memiliki manfaat sekaligus dampak negatif. Jika tidak disikapi dengan baik, penggunaan
media sosial ternyata dapat merusak rumah tangga. Di Amerika Serikat,
sebuah survei yang diadakan oleh American Academy of Matrimonial Lawyers
bahwa perceraian akibat media sosial meningkat sebanyak 80 persen. Di
Indonesia, angka perceraian dengan alasan terkait media sosial juga
meningkat dari tahun ke tahun. Di Probolinggo, misalnya. Mulai tahun
2013 muncul kasus cerai karena Facebook. Facebook menjadi pemicu
ketidakharmonisan keluarga. Bagaimana media sosial dapat merusak rumah tangga? Berikut ini 10 cara diantaranya:
Lebih lama ber-media sosial daripada bersama keluarga
Dikutip dari Vemale,
di Amerika Serikat ada perceraian karena sang istri suka berlama-lama
meng-update media sosial hingga melalaikan anak dan suaminya. Apakah hal ini juga bisa terjadi di
negeri Muslim seperti Indonesia? Sangat mungkin. Sebab ternyata memang
ada suami atau istri yang asyik menghabiskan banyak waktu di media
sosial, namun terasa terbebani ketika membersamai anak-anak dan pasangan
hidupnya. Tentu hal seperti ini dapat merusak rumah tangganya sendiri.
Anak-anak menjadi jauh darinya, pasangan hidupnya juga merasa tak lagi
dicintai. Padahal, keluarga adalah orang-orang terdekat yang selalu
hadir di kala ia membutuhkan. Lihatlah ketika suatu hari ia jatuh sakit.
Apakah teman-teman online-nya itu akan hadir membantu dan merawatnya?
Tidak. Pada akhirnya yang bersedia 24 jam merawatnya hanyalah pasangan
hidup dan anak-anaknya.
Menjadi sarana selingkuh
Ketika media sosial dijadikan sarana
selingkuh, maka tunggulah saat-saat kehancuran keluarga. Seorang suami
yang berkonsultasi tentang masalahnya di Alkhoirot
merasa menyesal telah mengajari istrinya menggunakan Facebook. Sebab
dari media sosial itu, istri tersebut tersambung komunikasi dengan
mantan pacarnya sewaktu SMA dulu. Dari sana keduanya saling kirim pesan,
dan cinta lama bersemi kembali. Sang suami yang membuka pesan-pesan
cinta itu marah. Ia meminta istrinya untuk menghentikan. Tapi sang istri
justru berani pergi bersama mantan pacarnya itu. Rumah tangga mereka
pun mulai berantakan.
Membangun kemesraan di media sosial
Rumah tangga juga bisa berantakan
gara-gara media sosial ketika seorang suami atau istri menggunakan media
sosial untuk bermesraan atau mendekati orang lain. Bahkan, meskipun
niatnya sekedar berteman. Seorang istri berinisial S menceritakan
bahwa dirinya sebenarnya tidak suka mengomentari status Facebook orang
lain. Ia hanya menggunakan Facebook dengan maksud menjalin silaturahim.
Namun, suaminya tidak suka dengan hal itu. Suaminya tidak suka dirinya
berkomunikasi melalui media sosial terbesar itu, terutama kepada lawan
jenisnya. S merasa dirinya tidak bersalah. Keduanya pun bertengkar dan
sang suami mengucapkan kata-kata berkonotasi cerai. Khawatir bahwa
kalimat itu benar-benar berhukum cerai, S pun mengkonsultasikan hal ini
ke konsultasisyariah.com
Mengumbar masalah rumah tangga
Rumah tangga juga bisa berantakan ketika
suami atau istri mengumbar masalah rumah tangga di media sosial.
Agaknya hal ini mudah kita temukan contohnya, baik di Facebook maupun di
Twitter. Misalnya seseorang yang membagikan link sebuah berita sambil
memberikan catatan, “Enak ya kalau punya suami kayak gini. Suamiku bla
bla bla” Kadang hal seperti itu dipandang sepele.
Padahal, tidak ada orang yang suka aibnya dibuka di depan publik.
Apalagi oleh istri atau suaminya sendiri. Suami atau istri yang marah
karena merasa dilecehkan –dan siapapun bisa membaca media sosial-
umumnya akan meluapkan kemarahan itu dengan memarahinya. Terjadilah
pertengkaran. Yang lebih parah, jika kemudian berakhir dengan perceraian
seperti yang dialami oleh pasutri di Probolinggo pada tahun 2013.
Asyik dengan media sosial daripada komunikasi dengan suami/istri
Dengan maraknya Smartphone, media sosial
juga semakin mudah diakses. Parahnya, sebagian orang ‘kecanduan’ media
sosial sehingga mengabaikan komunikasi dengan pasangan hidupnya.
Kadang kala terjadi, seorang suami
bertemu dengan istrinya. Dalam satu rumah, satu ruangan,
berhadap-hadapan. Tetapi sang suami tidak mempedulikan istrinya yang
sedang berbicara karena ia asyik dengan gadgetnya. Ini bisa membuat
istri tersinggung dan merasa tidak dihargai. Merasa tidak lagi dicintai.
Ini berbahaya. Kalaupun ia tidak melawan, sesungguhnya hatinya terlukai
dan cintanya tergerus karena sikap ini. Meskipun tidak sampai cerai,
jika dibiasakan, hal ini dapat merenggangkan hubungan keduanya dan
mengganggu keharmonisan keluarga
sumber : keluargacinta.com
[/et_pb_text][/et_pb_column][/et_pb_row][/et_pb_section]