INIGRESIK.COM – Industri media lokal di Indonesia tengah menapaki persimpangan penting. Di satu sisi, teknologi — khususnya kecerdasan buatan (AI) — membuka peluang besar untuk inovasi. Namun di sisi lain, tekanan ekonomi dan disrupsi digital membuat banyak media daerah harus berpikir ulang soal masa depan.
Isu inilah yang menjadi pusat perhatian dalam Local Media Summit (LMS) 2025, forum tahunan terbesar bagi media lokal yang digelar di JW Marriott, Jakarta (7–8 Oktober 2025). Diselenggarakan oleh Suara.com, kegiatan ini mengusung tema “Unlocking Local Capital: Building Sustainable Media Market in Indonesia” dan menghadirkan lebih dari 100 media lokal dari Aceh hingga Papua.
Media Tak Lagi Bisa Bertahan Sendiri
Pemimpin Redaksi Suara.com, Suwarjono, membuka forum dengan nada tegas namun realistis:
“Kondisi media tidak baik-baik saja. Ada pemotongan anggaran pemerintah, disrupsi teknologi, dan penurunan ekonomi. Tahun ini menjadi titik krusial bagi media lokal.”
Pernyataan itu menggambarkan realitas yang dirasakan banyak media daerah, termasuk di Gresik, di mana tantangan pendanaan dan perubahan perilaku pembaca digital semakin terasa.
BACA JUGA: Dua Siswi SDIT Al Huda Sangkapura Pulau Bawean Raih Juara Dunia Robotik di Malaysia, Harumkan Nama Gresik
Menurut survei Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan Wavemaker, pasca-pandemi terjadi pergeseran besar dalam industri periklanan. Pertumbuhan iklan digital dan influencer marketing kini mendominasi, sementara televisi turun 20% per tahun dan media sosial justru meningkat 20% tiap tahun.
“Media harus lebih pintar bersaing lewat ide, bukan hanya platform,” ujar Vidya Candra Apriawan, Partner Client Leadership Wavemaker.
AI dan Harapan Baru Media Lokal
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, memaparkan bahwa 31% industri media dunia kini sudah menggunakan AI untuk produksi berita. Namun, ia mengingatkan bahwa teknologi hanyalah alat.
“AI harus menjadi penguat jurnalisme berkualitas, bukan pengganti nalar kritis jurnalis,” tegasnya.
Pemerintah tengah menyiapkan peta jalan AI nasional serta kerangka keamanan data, agar transformasi digital tetap transparan dan bertanggung jawab.
Di sisi lain, Ketua Dewan Pers Bidang Hukum, Abdul Manan, menyoroti hal yang tak kalah penting: model bisnis.
“Jualan media adalah informasi. Maka model bisnis harus ditopang oleh jurnalisme yang baik dan kredibel.”
Inovasi dan Kolaborasi Jadi Nafas Baru
Forum LMS juga menyoroti munculnya berbagai inisiatif kolaboratif, seperti Women News Network (WNN) yang dipimpin Devi Asmarani dari Magdalene.co — jaringan media perempuan yang fokus pada kesetaraan gender di tujuh provinsi.
Ada juga program Digital Queen dari DigitalMama.id yang mengedukasi ibu-ibu di daerah agar melek digital dan mampu memasarkan produk secara online, melibatkan 40 peserta dan 30 relawan di Cililin.
Sementara dari BBC Media Action, Jimmi Silitonga memperkenalkan gerakan “Aksi Kita Indonesia”, yang mengemas isu lingkungan dengan cara kreatif — mulai dari konser musik hingga film horor — untuk menjangkau anak muda usia 15–30 tahun.
“Kuncinya ada pada humanizing the data — mengubah isu besar menjadi cerita yang dekat dengan pengalaman manusia,” ujar Ayomi Amindoni, jurnalis senior BBC Indonesia.
Kolaborasi, Bukan Kompetisi
LMS 2025 menjadi momentum penting bagi media lokal untuk memperkuat jaringan dan berbagi strategi. Lebih dari 30 pembicara nasional dan internasional hadir, termasuk dari Google, SAFEnet, LBH Pers, Unilever, dan Goto.
Acara puncak diwarnai “Gala Dinner: Networking & Appreciation Night”, yang membuka ruang kolaborasi lintas sektor. Hari kedua akan dilanjutkan dengan coaching clinics dari berbagai praktisi digital.

