Getaran itu selalu terasa. Sebab, arus kendaraan yang melewati badan jembatan begitu padat, nyaris tak terputus.
Mengapa? Informasi yang diperoleh Jawa Pos menyebutkan, Jembatan Sembayat Lama kali pertama dibangun pada 1990. Usianya sudah 28 tahunan.
”Ngeri juga berhenti di tengah jembatan. Setiap ada kendaraan berat yang lewat dari jalur berlawanan, jembatan bergoyang,” ujar Andriansyah, salah seorang pengendara sepeda motor, kemarin (18/4).
Mengapa Jembatan Sembayat ramai? Sejak Jembatan Widang ambruk pada Selasa (17/4), seluruh kendaraan berat dari Surabaya ke Tuban dialihkan ke jalur pantai utara.
Sekarang rute kendaraan, khususnya kendaraan berat, beralih keluar lewat tol Manyar (Gresik), Paciran (Lamongan), Brondong (Lamongan), lalu ke Tuban. Volume kendaraan di Jalan Daendels meningkat drastis sejak Selasa malam. Mulai Manyar hingga Panceng.
Peningkatan volume diperkirakan mencapai dua kali lipat jika dibandingkan dengan sebelum Jembatan Widang rontok.
”Kalau bawa muatan banyak, tidak boleh lewat Widang.
Jalan pantura Gresik menjadi jalur alternatif. Kepadatan terjadi dua arah. Yakni, Gresik arah Lamongan dan Lamongan ke Gresik. Arus lalu lintas mulai merayap. Kepadatan sudah terlihat dari exit tol Manyar. Sebaliknya, di arah Lamongan ke Gresik atau Surabaya, kepadatan sudah terlihat mulai Sidayu. ”Dari Sidayu ke sini (exit tol Manyar) hampir 2 jam,” tutur Fahrudin, sopir truk lain. Biasanya, waktu tempuh hanya 45–60 menit.
Jembatan Sembayat menanggung beban kendaraan lebih banyak. Kondisi itu mengkhawatirkan.
Petunjuk jalan dipasang di exit toll Kebomas, simpang tiga Cerme, dan simpang Terminal Bunder. Selain itu, kekuatan personel ditambah. ”Ada tambahan sepuluh personel di sepanjang pantura,” kata Wikha kemarin.
Titik kerawanan kemacetan juga telah dipetakan. Di antaranya, simpang empat Manyar Tugu. Sejak Selasa malam dipasang traffic cone sepanjang 350 meter.
Pengendara dari Peganden harus memutar di depan SMK Yasmu, Manyar. Sistem itu pernah diterapkan di simpang empat Duduksampeyan dan berhasil mengurangi kemacetan. ”Kepadatan terjadi karena jalan alternatif satu-satunya untuk kendaraan berat yang harus lewat jalur pantura ini,” ungkap Wikha.