![]() |
Aferu Sebagai Nara Sumber |
Apakah menulis itu sulit? Tidak. Itu sih bagi orang yang terbiasa menulis dan bagi orang yang mudah menemukan ide. Sedangkan untuk orang yang belum terbiasa menulis, tentunya menulis adalah salah satu kegiatan yang sulit. Lalu, jika belum terbiasa menulis dan ingin sekali menulis (apapun bentuk tulisannya), bagaimana caranya? Salah satunya adalah dengan cara mengikuti pelatihan menulis.
Sebenarnya, banyak lembaga atau forum kepenulisan yang sering mengadakan pelatihan menulis, baik untuk pemula maupun yang sudah sering menulis. Seperti pada hari Minggu tanggal 10 Mei 2015 kemarin, Forum Lingkar Pena mengadakan pelatihan penulis untuk pemula di Balai Desa Suci, Gresik. Acara yang mengusung tema Pelatihan Penulis Pemula ini, bekerja sama dengan Rumah Pelangi dan Kotak Amal Indonesia dengan mas Aferu Fajar sebagai pemateri. Pesertanya tidak terlalu banyak tetapi memiliki ragam umur yang berbeda, mulai dari SD sampai yang sudah memiliki anak.
Setelah mendapatkan ice breaking dari pembawa acara, para peserta menerima sambutan dari ketua FLP cabang Gresik, Bapak Muchlisin. Sambil menyampaikan tentang FLP dan visi misinya, Bapak Muchlisin juga menjelaskan sedikit tentang manfaat menulis dalam kehidupan sehari-hari. Yang bisa saya rangkum, ada tiga manfaat menulis yaitu menulis untuk mengembangkan potensi dan sebagai wujud aktualisasi diri, menulis sebagai sarana menyebarkan hal-hal baik kepada masyarakat, dan menulis juga dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan.
Setelah sambutan dari Bapak Muchlisin, sambutan kedua dari mas Maulana Malik Ibrahim, yang saat ini menjadi ketua FLP cabang Surabaya. Orasi beliau bagus, karena mengingatkan para peserta untuk kembali melihat sejarah bahwa banyak para pejuang Indonesia yang juga menjadikan tulisan sebagai sumber kekuatan untuk menguatkan pondasi bangsa. Belum selesai saya terpaku dengan orasi dari mas Ibrahim, ternyata acara sudah berlanjut pada pemberian materi oleh mas Aferu Fajar. Pembawaan beliau yang supel, membuat para peserta bisa mengikuti materi dengan baik.
Menulis, memang bukan hal mudah, apalagi bagi yang belum pernah menulis atau yang tidak terbiasa menulis. Dan untuk memulai menulis, menurut mas Aferu Fajar, yang paling utama selain memiliki keinginan menulis adalah kemampuan untuk menggali ide. Sulit dapatkan ide? Bagi mas Aferu, nggak ada kata sulit menggali ide karena Tuhan sudah memberikan banyak hal kepada kita untuk digali.
Namanya juga pelatihan, tidak lengkap rasanya jika tidak ada prakteknya. Ada empat sesi praktek menulis yang diberikan oleh mas Aferu Fajar. Praktek yang pertama adalah penggalian ide. Cara paling mudah untuk menggali ide adalah dengan cara mengajukan pertanyaan sebanyak mungkin pada obyek yang akan kita jadikan tulisan. Setelah pertanyaan-pertanyaan terkumpul banyak, maka kita akan mudah mengambil dari sudut mana kita akan menuliskan obyek tersebut. Sedangkan untuk prakteknya, setiap peserta menyebutkan masing-masing satu pertanyaan yang berhubungan dengan gambar yang ditampilkan di layar slide.
Dari satu gambar saja, bisa terkumpul banyak pertanyaan beragam yang bisa dijadikan bahan awal sebuah tulisan, baik fiksi maupun non-fiksi.
Selesai dengan praktek yang pertama, para peserta kemudian diminta untuk menuliskan sebuah judul cerpen atau novel yang pernah dibaca beserta nama pengarangnya. Praktek yang kedua ini, berhubungan dengan praktek yang ketiga yaitu menuliskan sinopsis dari cerpen atau novel yang pernah kita baca tadi. Lantas, beberapa peserta diminta maju ke depan untuk menceritakan bagaimana sinopsis yang sudah ditulisnya.
Selesai dengan praktek yang pertama, para peserta kemudian diminta untuk menuliskan sebuah judul cerpen atau novel yang pernah dibaca beserta nama pengarangnya. Praktek yang kedua ini, berhubungan dengan praktek yang ketiga yaitu menuliskan sinopsis dari cerpen atau novel yang pernah kita baca tadi. Lantas, beberapa peserta diminta maju ke depan untuk menceritakan bagaimana sinopsis yang sudah ditulisnya.
Kadang kala, saat membaca sebuah cerita fiksi, kita dihadapkan dengan ending cerita yang tidak sesuai dengan harapan kita, atau saya menyebutnya sebagai twist ending. Tapi menurut mas Aferu, justru ketika kita bisa membuat ending yang un-predictible itulah yang membuat cerita kita malah semakin baik dan tampak hidup. Karena kita bisa memunculkan horison harapan dalam diri pembaca.
Tak lama setelah mas Aferu menjelaskan tentang beberapa hal yang berhubungan dengan horison harapan pada pembaca, beliau memberi tugas terakhir. Pada tugas terakhir ini, para peserta diminta menuliskan sebuah cerita berdasarkan beberapa gambar. Satu gambar, satu cerita, dengan penayangan gambar secara bertahap namun nantinya memiliki cerita yang bersambung. Awalnya, semua peserta bersemangat menulisnya. Namun saat penayangan gambar yang semakin banyak, beberapa peserta mulai mengeluh kehabisan kata karena mereka mengira kalau gambar sebelumnya adalah ending cerita. Menyenangkan!
Sayangnya, pelatihan ini tidak lama. Hanya dua jam saja. Padahal, dari keseluruhan praktek tadi, masih menyangkut penggalian ide saja. Belum pada pencarian materi tulisan dan teknik menulis yang tepat. Inginnya saya, semoga saja FLP mau memberikan pelatihan lanjutan dari acara pelatihan ini. Sehingga nantinya, keinginan untuk menulis tidak hanya menjadi keinginan saja tapi juga berlanjut menjadi sebuah karya dan mampu memberi kebaikan pada orang lain. Demikian.
Penulis : @ria_rochma
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});