Saat meninjau lokasi terdampak, Gubernur Khofifah yang mengenakan baju putih itu langsung melihat lokasi dapur umum yang dibangun Dinas Sosial Provinsi Jatim. Bersama petugas Tagana,
“Jadi yang perlu diperhatikan juga bagaimana untuk warga. Terutama yang nanti mau saur dan buka puasa,” ujar Gubernur Khofifah.
Usai bertemu dan berdialog dengan ibu-ibu yang tergabung dalam Tagana, Gubernur Khofifah juga meninjau lokasi banjir yang berada di desa setempat. Dengan menggunakan kapal karet, Khofifah melihat rumah warga yang terendam banjir setinggi 60-70 cm.
Akan tetapi, sebut Gubernur Khofifah, ketika terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi, maka daya tampung bisa mencapai 700 m3/detik.
“Maka, kedepan angka aman yang harus dimiliki untuk daya tampung pada Kali Lamong mencapai 1.000 m3/detik,” ungkapnya.
Solusi lain, tambah Khofifah, yakni menyiapkan tanggul yang diberi pintu-pintu untuk bisa melakukan proses kanalisasi ketika ketinggian air mencapai ambang batas yang ditentukan.
Khofifah menyatakan, dalam waktu dekat ini akan melihat Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jatim. Ia melihat, sungai-sungai di wilayah Gresik banyak menampung air banjir dari daerah Lamongan, Bojonegoro, Mojokerto dan Surabaya.
Gubernur perempuan pertama di Jatim ini meminta agar segera melakukan konektifitas antara kabupaten/kota yang terlewati Kali Lamong. Langkah tersebut dilakukan untuk mengatasi persoalan sungai di Madiun dan Ngawi.
“Koneksitas antar kabupaten kota harus dilakukan. Semua harus duduk bersama. Sama seperti persoalan sungai di Madiun-Ngawi yang duduk bersama dengan DAS Brantas, BPWS, Dirjen Sumber Daya Air, Bina Marga hingga Kementrian PUPR,” tegasnya.