Pak Chobir Muadzin Masjid Jami’ |
Tak ada yang istimewa pada penampilan bapak Abdulah Chobir, pria berusia 82 tahun ini pada waktu tertentu terlihat mengayuh sepeda butut disekitaran Alun-alun. Namun jika diperhatikan, kita akan dibuat terperanjat dibuatnya. Betapa tidak, hampir sekitar setengah abad beliau mengumandangkan adzan dan menyiapkan Sholat berjama’ah di Masjid Jamik Gresik. Subhanallah… Semoga Allah menjaga keistiqomahan dan melimpahkan rahmat untuknya.
“Alhamdulillah… saya sangat bersyukur selama ini kehidupan saya tercukupi, jika saya renungi setiap mengalami kesulitan biasanya tidak terlalu ada saja pertolongan. Gusti Allah SWT memang Maha Kaya, Dia mengirimkan rezeki lewat siapa saja bahkan dari hal yang tak terduga” ucap pak Chobir dalam perbincangan di Masjid Jamik Gresik sebelah barat Alun-alun Kota Gresik.
Dahulu, sekitar tahun 1950 di seputar alun-alun Gresik terdapat sirine peninggalan Belanda yang oleh takmir dibunyikan sebagai tanda menjelang berbuka puasa dan waktu Imsak. Saat itu Abdullah Chobir remaja sering membantu untuk membunyikannya. Tidak itu saja, dia rela membantu takmir jika ada kegiatan, baik membagi makanan bagi orang-orang yang berbuka puasa maupun menyiapkan perlengkapan pengajian.
Pria yang tinggal di jalan KH. Faqih Usman XVI no. 12 mengatakan meskpunemaknya (ibunya) yang bernama Cholilah teramat miskin, namun beliau tetap saja berusaha menekolahkannya di SMP Nahdhatul Ulama hingga lulus.
“Ibu sering menemui kepala sekolah untuk minta keringanan karena tidak punya uang untuk membayar sekolah,” imbuh lelaki kelahiran 9 Agustus 1933 ini dengan selalu melakukan shalat sunnah yang dihadiahkan bagi ibunya yang meninggal tahun 1995.
Ketika mendapat tawaran menjadi muadzin yang menguandangkan adzan di Masjid Jamik Gresik, beliau menerima dengan senang hati karena merupakan suatu penghormatan dapat menjadi muadzin di Masjid yang sangat bersejarah. Pria yang keseharian bekerja menjahit songkok ini selalu mengawasi jarum jam dengan seksama, sebelum waktu Sholat dia harus sudah siap di tempat pengimaman untuk adzan.
Dulunya beliau menggunakan sepeda bututnya, setiap pukul 03.00 dini hari saya sudah ke masjid, setelah shalat Shubuh menyiapkan peralatan yang digunakan untuk pengajian hinggga pukul 06.30, kemudian pulang. Jam 11.00 menyiapkan shalat Dhuhur lalu pulang dan kembali balik pukul 14.00 menyiapkan Ashar disambung pengajian hingga menjelang Magrib berlanjut ke Isya’. Di bulan Ramadhan beliau baru pulang setelah usai shalat tarawih. Selain menjadi muadzin dan bilal, bila imamnya tidak datang, pak Chobir juga menjadi imam pengganti.
Menginjak usia yang senja beliau sekarang tak lagi menggunakan sepeda bututnya, terkadang beliau naik angkot untuk menuju Masjid Jamik, pria dengan suara khas ini selalu menghiasi langit-langit kota Gresik dengan seruan untuk sholat berjama’ah dan penanda memasuki waktu sholat fardhu. Semoga Allah SWT selalu memberkahi dan merahmati beliau beserta keluarga.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});