Sekitar dua pekan lalu, pendiri Microsoft yang juga aktif dalam proyek pengadaan vaksin Covid-19, Bill Gates bilang begini kepada CNN, “Sayangnya, empat sampai enam bulan ke depan bisa menjadi masa terburuk pandemi.”
Prediksi Bill Gates itu berdasarkan data dari IHME (Institute for Health Metrics and Evaluation) yang meramalkan akan ada tambahan 200 ribu kematian baru akibat Covid-19. Namun, menurutnya, angka itu bisa ditekan jika masyarakat tetap disiplin mengikuti aturan untuk tetap memakai masker dan menghindari kerumunan.
Indonesia sepertinya sudah memulai kondisi terburuk pandemi seperti prediksi Bill Gates di atas. Diawali dengan pecahnya rekor jumlah kasus baru harian Covid sebanyak 8.369 orang, statistik menunjukkan saat ini Indonesia berada pada penambahan 7.000-an kasus Covid per harinya. Terakhir pada 23 Desember, kasus harian Covid-19 kembali tembus 7.514 orang.
Angka kematian harian akibat Covid-19 juga naik dengan total saat ini telah menembus 20 ribu kematian. Setelah rata-rata kasus positif harian Covid-19 mencapai 7.000-an kasus, Indonesia kini sepertinya berada pada rentang 150 sampai 200-an kematian akibat Covid-19 setiap harinya.
Angka positivity rate atau tingkat positif Covid-19 harian di Indonesia juga sangat tinggi, di mana selama empat hari berturut-turut selalu di atas 20 persen. Angka ini menggambarkan, dari 10 orang yang dites, setidaknya ada dua orang yang positif.
Yang paling mengkhawatirkan adalah jumlah kasus aktif (kasus positif dikurang kasus sembuh dan meninggal). Menurut Satgas Penanganan Covid-19, jumlah kasus aktif Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mengatakan jumlah kasus aktif Covid-19 sudah mencapai lebih dari 100 ribu kasus di Indonesia. Jumlah kasus aktif Covid-19 di Indonesia saat ini, menurut Jubir Satgas Wiku Adisasmito, sangat mengkhawatirkan.
Perkembangan kenaikan kasus aktif di Indonesia menunjukkan tren yang memburuk dan sudah menembus angka lebih dari 100 ribu kasus aktif dalam waktu 1 bulan yaitu dari bulan November ke bulan Desember 2020. Tercatat pada pertengahan November 2020 kasus aktif Covid-19 di Indonesia adalah 54.804 dan pada 22 Desember 2020 tercatat kasus aktif mencapai 103.329. Sedangkan per Senin (21/12) kasus aktif mencapai 104.809 kasus.
Kenaikan kasus aktif dari 10 ribu menjadi 30 ribu kasus membutuhkan waktu 3 bulan. Selanjutnya, hanya dibutuhkan waktu 2 bulan dari kasus aktif 30 ribu menjadi 60 ribu kasus yaitu pada Agustus-November. Lonjakan kasus aktif Covid-19 tentunya semakin menambah beban rumah sakit, apalagi jumlah tenaga kesehatan yang ikut menjadi korban tidak sedikit.
Pada Kamis (24/12), Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo mengungkapkan bahwa, tingkat disiplin masyarakat menerapkan 3M atau protokol kesehatan mengalami penurunan di semua daerah. Kondisi ini dinilainya menjadi pemicu peningkatan angka kasus aktif Covid-19 di Indonesia.
Jika pada awal November lalu tingkat kepatuhan memakai masker masyarakat ada di kisaran 86,18 persen, namun pada minggu-minggu selanjutnya mengalami penurunan. Tingkat kepatuhan menjaga jarak juga turun. Jika pada awal November berada di angka 81,87 persen, tingkat kepatuhan menjaga jarak turun drastis di mana kini tinggal 76,87 persen.
Kondisi saat ini bisa semakin memburuk ke depannya mengingat saat ini tengah masuk pada masa libur akhir tahun. Fenomena penuhnya bandara, stasiun, terminal beberapa hari terakhir menjadi gambaran pergerakan masif masyarakat meskipun pemerintah dan satgas telah mengimbau agar libur akhir tahun ini diisi dengan kegiatan di rumah saja.
Lonjakan kasus Covid-19 secara signifikan selalu terjadi seusai tiga kali Indonesia melewati masa libur panjang pada tahun ini. Tiga kali kejadian libur panjang adalah pada saat libur Idul Fitri di bulan Mei 2020, libur Hari Kemerdekaan di bulan Agustus, libur panjang di Oktober 2020.
Sebagai ilustrasi, grafik kasus harian sempat melandai mulai awal Oktober lalu. Namun, penurunan tren ‘rusak’ tepat setelah libur panjang akhir Oktober lalu yang membuat jumlah kasus harian kembali melejit.
Kasus positif Covid-19 terus bertambah, sementara kapasitas pelayanan kesehatan terbatas. Yang dikhawatirkan kemudian pun akhirnya terjadi, yakni kapasitas pelayanan termasuk ketersediaan tempat tidur untuk merawat pasien Covid-19 terus berkurang dan sumber daya manusia atau tenaga kesehatan menjadi kewalahan.
Semakin menipisnya kepasitas pelayanan kesehatan tergambar pada kondisi Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, di mana saat ini tak lagi menerima pasien berstatus orang tanpa gejala (OTG) sejak Sabtu (19/12). Hal itu disebabkan kapasitas tempat perawatan untuk pasien bergejala sudah mencapai 75 persen dan itu pun sudah menggunakan tower yang semestinya digunakan untuk pasien OTG.
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) pun mengakui setiap hari Rumah Sakit (RS), khususnya di wilayah Jakarta dan sekitarnya semakin kesulitan menyediakan kamar khusus penderita Covid-19. Data Persi mengungkapkan, beberapa RS di Jawa Barat bahkan menggunakan fasilitas ICU untuk menampung sementara pasien Covid, yang sebenarnya hal itu tidak boleh dilakukan.
“Jika keadaan ini terus berlangsung, ini seperti kondisi di mana masyarakat menggali kuburnya sendiri,” kata Wiku, Kamis (24/12).
Menurut saya, pemerintah semestinya juga tidak cuma menyalahkan masyarakat. Dalam kondisi yang semakin gawat seperti sekarang, diperlukan kebijakan paksa pengetatan seperti pada masa awal PSBB diterapkan. Sudah saatnya rem darurat pembatasan sosial diinjak.
*Penulis adalah jurnalis Republika.
Diambil dari Republika Online