INIGRESIK.COM – Fenomena tumbuk ini disebut juga dengan hari tanpa bayangan. Saat tumbuk terjadi di tempat kita, di wilayah yang lain sedikit jauh dari kita, semua benda yang berdiri tegak, bayangannya akan menghadap ke arah tempat kita.
Kulminasi a’dhom matahari yang menjadi pertanda pergantian musim dari kemarau ke musim hujan ini dikenal orang di Jawa Timur dengan istilah Tumbuk. Puncak tumbuk terjadi sesaat menjelang dhuhur, yakni jam 12:00
Tumbuk terjadi dua kali dalam setahun. Peristiwa tumbuk terjadi ketika nilai deklinasi matahari sama atau hampir sama dengan lintang tempat. Misalnya lintang tempat tersebut 17° derajat lintang utara maka tumbuk di tempat tersebut terjadi ketika nilai deklinasi matahari 17°. Deklinasi matahari bernilai 17° derajat jatuh pada tanggal 8 Mei sedangkan yang kedua tanggal 6 Agustus.
Peristiwa tumbuk di pulau Jawa dikenal di kalangan awam hanya terjadi pada tanggal 10 bulan 10, yakni tanggal 10 Oktober. Namun, menurut para ahli, disamping tidak serentak di tanggal tersebut (10 Oktober), tumbuk di Jawa ternyata terjadi dua kali. Tumbuk pertama terjadi pada tanggal 26 Pebruari sampai 5 maret, sedangkan tumbuk yang kedua terjadi pada tanggal 8 sampai 15 Oktober.
Pada saat tumbuk yang pertama orang tidak banyak yang tahu (merasakannya) karena terjadinya di musim hujan sehingga suhu udara cukup bersahabat. Hal ini berbeda ketika tumbuk yang kedua yang terjadi saat kemarau sehingga sinar matahari cukup menyengat dan suhu udara terasa lebih panas dari pada biasanya.
Di Gresik dikutip dari website Gus Mueid ahli Falakiyah NU terjadi sebanyak dua kali yaitu 11 Oktober dan 2 Maret
Sumber : Abdo el-Moeid