INIGRESIK.COM – Model pembelajaran teaching factory (tefa) memberikan peluang praktik baik, yaitu pembiasaan untuk mengenal budaya kerja. Melalui pembiasaan ini, diharapkan peserta didik tidak akan mengalami shock culture atau kaget terkait perbedaan budaya antara ketika mereka berada di lingkungan sekolah (belajar) dan di dunia kerja (magang atau berkerja).
“Apalagi mengingat urusan karakter (budaya) bukan merupakan barang instan, yang hasilnya dapat dilihat dalam waktu singkat. Karena itu, SMK kami terus melakukan penguatan dan pengembangan teaching factory ini,” ujar Risky Akbar, ST, Waka Kesiswaan SMK Manbaul Ulum (MU) Gresik, Sabtu (14/12/2024).
Ia mencontohkan terkait patuh pada perintah kerja, di sekolah siswa (peserta didik) bisa saja membangkang perintah gurunya karena dianggap tidak terlalu berisiko tinggi, misalnya paling ditegur atau diingatkan. Tetapi, ketika hal ini dilakukan di dunia kerja, risikonya bisa fatal, mungkin berupa tertundanya target produk, reject atau keselamatan kerja, yang ujung-ujungnya berakhir dengan pemberhentian atau pemecatan karyawan.
Alasan berikutnya, sambung Risma Wahyuni, ST, MM, Waka Kurikulum SMK MU, model pembelajaran tefa dinilai cocok dengan situasi dan kondisi sekolah. Situasi dan kondisi pembelajaran di ruang kelas yang cenderung hanya mendengarkan guru berceramah atau memberikan tugas tugas mengerjakan soal, membuat peserta didik merasa cepat bosan. Situasi ini sangat dimaklumi, karena peserta didik dalam posisi pasif.
“Atau kalau aktif, mereka tidak selalu memahami makna soal atau tugas yang sedang mereka kerjakan. Dengan model pembelajaran berbasis teaching factory, peserta didik merasa lebih menikmati, karena mereka paham makna apa yang mereka kerjakan atau pelajari. Dalam ilmu pendidikan, hal ini disebut learning by doing, belajar melalui apa yang dikerjakan,” papar Risma.
Ia menambahkan, penerapan model pembelajaran berbasis tefa di SMK MU dilakukan dengan memperhatikan berbagai aspek, baik internal (sumber daya dan SDM) maupun ekternal, misalnya kerja sama dengan dunia usaha, industri dan kerja. Dalam perjalanannya, model pembelajaran tersebut terus mengalami perbaikan dari tahun ke tahun.
“Pada akhirnya, lulusan sekolah benar-benar memiliki kompetensi yang diharapkan dan siap mengisi dunia kerja,” pungkas Risma.