Banyaknya kasus pasien rujukan dari bawean ke RS Ibnu Sina Gresik sering terjadi semakin membuat warga bawean sering ngeluh. Pasalnya pasien dimintai biaya tambahan untuk bidan atau perawat sebagai ongkos layar dan akomodasi.
Direktur lembaga swadya masyarakat Bawean Corruption Watch (BCW) Dari Nazar. Ia menyayangkan, Dinkes Gresik jika Puskesmas atau Rumah Sakit di Bawean merujuk pasiennya ke Gresik harus membebankan biaya pendamping bidan atau perawat mulai tiket dan akomodasi lainnya.
“Dengan tarif Rp 1 juta yang dibebankan pada pasien yang dirujuk bahkan lebih, dengan alasan tidak ada anggaran tentang itu padahal pendampingan pasien rujukan dilakukan oleh bidan /perawat di Bawean kewajiban mutlak tanggung jawab dari rumah sakit/puskesmas dibawean yang mengeluarkan surat rujukan tersebut bukan dibebankan pada pasien yang mengalami musibah,” ungkapnya, Kamis (15/4/2021).
Menurutnya, biaya pendampingan pasien rujukan tersebut diberlakukan kepada pasien baik yang memiliki jamkesmas atau pasien umum, sehingga keluarga pasien merasa terbebani dua kali lipat atas pembiayaan tersebut dengan rasa terpaksa keluarga pasien sampai mencari hutangan demi menyelamatkan keluarga yang sakit dalam perjalanan diatas kapal.
“Pendampingan pasien merupakan tanggungjawab dari pegawai yang mendampingi atas nama tugas negara yang memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat, apalagi bidan atau perawat telah mendapatkan tunjangan baik berupa THL atau Gaji yang keduanya bersumber dari APBD,” kecamnya.
Oleh karena itu tiada alasan jika rumah sakit atau puskesmas di Bawean tidak memberikan anggaran atas biaya pendampingan pasien tersebut.
Lanjut Dari, ia berharap di era perubahan ini seharusnya kepala dinas kesehatan Gresik sepatutnya harus mampu menjabarkan semangat pemerintahan Gresik Baru. Jangan membiarkan hal hal yang kurang baik masa lalu dengan alasan tidak ada anggaran atas kewajiban memberikan pelayanan kesehatan apalagi membuat warga pasien di Bawean selalu mengeluh atas pembebanan biaya pendampingan pasien rujukan tersebut.
“Kami berharap pada Dinkes Gresik agar dapat mengintruksikan penganggaran tentang itu pada rumah sakit atau puskesmas di Bawean agar dalam melakukan pendampingan pasien rujukan ke rumah sakit di Gresik untuk tidak menambah beban masyarakat yang mengalami musibah, jika hal ini masih tetap dilakukan kami tidak akan segan segan melaporkan pungutan tersebut kepada pejabat yang berwenang baik melalui Bupati atau penegak hukum untuk memproses biaya pungutan pendampingan fasien rujukan tersebut,” pungkas Dari.
Sementara itu, Dirut RSUD Umar Masud dr. Tony S Hartanto membenarkan tentang ada biaya untuk pendampingan pengantar pasien yang dirujuk.
“Itu digunakan sebagai biaya ganti ongkos transportasi kapal dan akomodasi perawat atau bidan saat mengantar pasien,” katanya.
dr. Tony mengungkapkan, selama ini memang keterbatasan anggaran untuk pembiayaan pendampingan rujukan pasien.
“Dari APBD itu hanya ada perjalanan dinas, dan kalau memang ada regulasi tentang itu kami siap laksanakan, tapi lagi-lagi ini keterbatasan anggaran, belum lagi anggaran sudah refocusing,” jelasnya.
Dan pihaknya selanjutnya sudah menindak lanjuti kepada Dinkes dan Pemkab Gresik untuk tambahan anggaran.
“Kemarin Jumat (9/4) sudah berkoordinasi dengan pihak Dinkes dan Pemkab Gresik untuk solusi kedepannya,” terangnya.