Gresik – Peringatan hari Tuberculosis sedunia Selasa 24/03/15 menjadikan momentum untuk berkaca bagi masyarakat Indonesia akan bahaya dari penyakit yang penyebaranya melalui udara ini. Berdasarkan data terbaru Indonesia sekarang menduduki peringkat ke 5 Dunia sebagai penderita TBC terbesar.
Sementara data yang tak kalah menyedihkan adalah untuk kabupaten Gresik menempati peringkat 10 kota yang paling banyak penderita tuberkulosis, menurut data Dinas kesehatan Gresik, tercatat ada 1467 orang dengan angka kematian sebanyak 26 orang atau 4 persen pada tahun 2014
Oleh karena itu sesuai dengan arahan dari Dinas Kesehatan marilah kita senantiasa waspada dan mengetahui gejala awalnya sehingga bisa dilakukan pengobatan secara dini, biasanya bagi penderita TBC akan melakukan pengobatan secara selama 6 bulan tanpa boleh berhenti untuk membunuh kuman berbahaya ini
Adapun Jenis TB menurut medis adalah
1. TB Laten: Pada kondisi ini, Anda memiliki infeksi TB, tapi bakteri tetap dalam tubuh Anda dalam keadaan tidak aktif serta tak menimbulkan gejala.
TB laten juga disebut TB tidak aktif atau TB infeksim yang tak menular. Namun, bisa berubah menjadi aktif sehingga pengobatan penting bagi TB laten untuk membantu mengendalikan penyebaran TB. Diperkirakan, sepertiga penduduk dunia mengalami TB laten.
2. TB aktif. Kondisi membuat Anda sakit dan bisa menularkan ke orang lain. Ini bisa terjadi beberapa minggu pertama setelah terinfeksi bakteri TB atau beberapa tahun kemudian.
Tanda dan Gejala TB Aktif
Kebanyakan, orang tak menyadari mengalami gejala TB dan bingung membedakannya dengan penyakit lain karena tak mudah untuk mengenalinya. Padahal, gejala dimulai secara bertahap dan berkembang dalam jangka waktu beberapa minggu hingga berbulan-bulan.
Orang sering mengalami satu atau dua gejala ringan dan tak mengenalinya sedini mungkin. Gejala sering tidak muncul sampai penyakit ini berkembang. Mengidentifikasi gejala TB bisa membantu seseorang mencegah komplikasi seperti infeksi PPOK (Penyakit paru Obstruktif Kronik) pada organ tubuh lain.
Berikut sejumlah tanda dan gejala khas jika orang terkena TB:
- Batuk.
- Penurunan Berat badan
- Demam
Berkeringat
- Kelelahan
- Panas dingin
- Kehilangan nafsu makan
- Amati urine yang berubah warna (kemerahan) atau urine keruh.
Diagnosa TB
Dalam pemeriksaan fisik,
dokter akan memeriksa kelenjar getah bening Anda untuk pembengkakan dan mengunakan stetoskop untuk mendengar suara paru-paru Anda ketika bernapas.
Alat diagnostik yang paling umum digunakan untuk TB adalah tes kulit.
Sejumlah kecil zat yang disebut PPD tuberculin disuntikkan tepat di bawah kulit lengan bagian dalam. Anda akan sedikit merasakan tertusuk jarum. Dalam waktu 48 sampai 72 jam, ahli kesehatan akan memeriksa lengan untuk bengkak di tempat suntikan.
Jika benjolan menjadi keras berwarna merah, berarti Anda mengalami TB. Ukuran benjolan menentukan apakah hasil tes signifikan.
Namun, hasil tes kulit tak sempurna. Kadang-kadang hasilnya bisa menunjukkan orang itu kena TB padahal tidak. Ini juga menunjukkan orang yang tidak memiliki TB malah disebut kena.
Selain tes kulit, TB juga bisa didiagnosa dari tes darah, X-ray dada, dan tes dahak.
Obat
Obat-obatan merupakan dasar pengobatan tuberkulosis. Tapi mengobati TB memakan waktu lebih lama dibanding mengobati infeksi bakteri jenis lain. Dengan TB, Anda harus minum antibiotik setidaknya selama enam sampai sembilan bulan.
Jika Anda mengalami TB laten, Anda mungkin perlu minum satu jenis obat TB. Untuk TB aktif, terutama jika itu adalah virus yang tahan obat, memerlukan beberapa obat sekaligus.
Obat-obatan yang paling umum digunakan untuk mengobati tuberkulosis meliputi:
- Isoniazid
- Rifampisin (Rifadin, Rimactane)
- Etambutol (Myambutol)
- Pirazinamid
Menyelesaikan pengobatan sangat penting. Setelah beberapa minggu, Anda tidak akan menular, dan Anda mungkin mulai merasa lebih baik. Anda mungkin tergoda untuk berhenti minum obat TBC Anda. Tetapi sangat penting jika Anda menyelesaikan terapi obat dan minum obat persis seperti yang ditentukan oleh dokter Anda.
Menghentikan pengobatan terlalu cepat atau melewatkan dosis bisa memungkinkan bakteri yang masih hidup menjadi resisten terhadap obat-obatan, yang mengarah ke TB yang jauh lebih berbahaya dan sulit untuk mengobati
dari berbagai sumber
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});