Sebelum digunakan, rumput ilalang dikeringkan di bawah sinar matahari selama 7-8 jam.
Serbuk ini dicampur dengan air dan dimasak di dalam panci selama kurang lebih 10 menit sambil ditambahkan dengan tepung tapioka.
“Setelah tercampur menjadi satu semuanya, kami cetak dalam plat yang biasa digunakan untuk menyablon, dengan kembali dijemur di bawah sinaran matahari,” kata Ela, sapaan Daulah, Sabtu (15/10/2016).
Obat nyamuk ini telah diuji dalam kotak kaca berukuran 10 x 15 x 10 sentimeter berisi 20 nyamuk. Dalam pengujian tersebut, semua nyamuk mati dalam waktu 30 menit.
Sama seperti bahan obat nyamuk elektrik yang beredar di pasaran, obat nyamuk karya siswi ini juga tidak mengeluarkan asap ataupun bau.
“Hanya memang saat diuji coba di ruangan kamar yang lebih besar, reaksinya agak lebih lama,” kata Silvana.
Silvana mengklaim bahwa obat nyamuk buatannya bisa bertahan lebih lama dibanding obat nyamuk serupa di pasaran.
Atas hasil karya ini, ketiga siswi itu mendapat penghargaan sebagai pemenang kedua dalam National Creativity Competition (NCC) yang diselenggarakan SMA Darul Ulum, Jombang, pekan lalu.
“Karya mereka yang dipertandingkan dalam NCC kemarin, yang diikuti puluhan tim dari banyak MTs di Indonesia, hanya kalah dari konsep tim asal Kudus yang mengusung konsep pengurai asap rokok,” kata guru pembimbing, Muhammad Faiq Rofiqi (33).
Kini mereka bersiap menguji hasil karya tersebut lebih lanjut di laboratorium resmi.