Pembuat kopiah
Gresik– dengan cekatan, Ahmad Lazim mengerakan tangan dan kaki mengikuti pola yang sudah dibuat sebelumnya. Sekitar
3 menit kemudian, kopiah sudah bisa dipakai. Di rumah yang sekaligus tempat produksi di Desa Ngawen, Kecamatan Sidayu ini. Lazim, begitu sapaan akrab Ahmad Lazim, bersama istrinya, Nihlatul Mufidah, mampu mengerjakan pesanan 100 kodi kodi (1
kodi berisi 20 kopiah) setiap bulannya.
Namun jika permintaan banyak, ia biasanya mempekerjakan pemuda di desanya. Upahnya rata-rata 120 ribu tiap 5
kodi. Kopiah (ada yang menyebutnya peci atau ketuh) memang menjadi salah satu kerajinan khas Gresik yang sejak
dahulu banyak digeluti masyarakat kota ‘pudak’.
Kopiah bukan hanya sebagai simbol keagamaan saja, melainkan juga sebagai identitas kebangsaan. Kita tahu bahwa
para presiden Indonesia, seperti Bung Karno, selalu memakai kopiah dalam pertemuan kenegaraan dan pelbagai kegiatan. Lelaki kelahiran 25 tahun silam ini, sudah belajar membuat kopiah sejak memasuki jenjang sekolah Madrasah Tsanawiyah
(tahun 2002). Waktu itu, ia masih menjadi buruh di salah satu juragan kopiah di
Desanya.
Dari uang hasil membuat kopiah inilah ia gunakan membantu orang tua dan jajan.
Proses Pembuatan dan Omset
Mula-mula bahan-bahan dipersiapkan, seperti dos-dosan panjang dan bulat, kain beludru, serta tiket/brand. Dos-dosan dan kain beludru dipotong menyesuaikan pola, lantas tiket/brand di jahit pada dos-dosan yang
bulat. Kemudian semua dijahit menyesuaikan pola.Kopiah yang sudah selesai, tinggal dimasukan plastik dan ditaruh dalam kardus.
Selama ini Lazim menjalin kerjasama dengan orang Gresik kota, adapun sistem yang digunakan adalah bagi hasil. Dari
rekan bisnisnya tersebut semua bahan-bahan diperoleh. Kopiah yang sudah jadi biasanya langsung diantar ke rekan bisnisnya. Yang kemudian oleh rekan bisnisnya tersebut, kopiah dipasok ke salah satu pabrik kopiah terkenal di Gresik.
Kopiah-kopiah ini di pasaran dijual antara 50.000-70.000. Ini semua tergantung
pada motifnya.
Selain di Desa Ngawen, pengrajin kopiah juga ada di daerah Bungah, Roomo dsb. Meski begitu banyak pengrajin
kopiah di Gresik, namun permintaan terhadap kopiah tidak pernah turun. Apalagi mendekati lebaran. Pengasilan yang diperoleh Lazim dari usaha kopiah ini sekitar 2-3 juta tiap bulannya.
Bahkan juragan-juragan di desanya, yang punya alat, bahan dan memasarkan sendiri kopiahnya bisa
memperoleh penghasilan 10 juta tiap bulannya.
Dari Satpam, Buruh Pabrik hingga Pengrajin Kopiah
Tahun 2008, selepas lulus Madarasah Aliyah Kanjeng Sepuh, Lazim tidak langsung memutuskan untuk mengeluti usaha
kopiah. Ia pernah bekerja sebagai pegawai mie instan. Pernah juga sebagai satpam. Semua bermula ketika ia dikenalkan
pada seorang supliyer kopiah oleh bapaknya.
Dari sini kemudian ia memutuskan kembali menekuni dunia ‘perkopiahan’. Bermodal bahan-bahan dan 2
mesin jahit yang didapat dari supliyer tersebut, ia lantas membuat kopiah sesuai pesanan. Menurut Lazim usaha kopiah ini
sangat menjanjikan, hanya saja ia belum punya cukup modal untuk membeli bahan dan alat-alat sendiri. Oleh sebab itu, ia membuka peluang kerjasama permodalan, sekitar 40 juta.
Dengan perhitungan 1 tahun modal akan kembali. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, penghasilan yang diperoleh tiap bulannya sekitar 3 juta. Apalagi jika kopiah mampu dipasarkan sendiri, bukan tidak mungkin modal
bisa kembali sebelum setahun. (GT/Khr)
sumber : http://gresiktrip.blogspot.com/2014/09/ahmad-lazim-mandiri-dari-kopiah.html