Sebagai Kota Santri dan Wali, Kabupaten Gresik memiliki banyak tradisi dan budaya bernuansa religi. Salah satunya perayaan damar kurung yang menjadi rutinitas warga Karanganyar, Kelurahan Karangturi, Kecamatan Gresik, yang digelar pada Sabtu malam (13/1).
Perayaan tersebut merupakan tradisi lokal untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Kegiatan itu juga sekaligus mengenang pendiri pesantren Al-Hasyimiyah dan tokoh agama serta penggagas perayaan damarkurung KH. Nur Hasyim. Pawai damarkurung digelar di sepanjang Jalan Usman Sadar. Banyak nilai-nilai keagamaan tersirat dalam bentuk damarkurung. Bentuk-bentuk damarkurung beraneka ragam.

Menurut Ketua Pelaksana Ahmad Jakfar, damarkurung yang diarah beragam bentuk. Di antaranya kuda, ogoh-ogoh, bintang, bulan sabit hingga kotak. Damarkurung berbentuk bintang yang 5 merupakan simbol dari rukun Islam. Bentuk bintang 6 merupakan simbol dari rukun iman. “Damar Kurung berbentuk kotak merupakan simbol sahabat Nabi. Sedangkan warna kertas merah, hijau, kuning, putih bentuk keragaman masyarakat,” terang Jakfar.
Perayaan damarkurung ke 53 ini diikuti 550 peserta dengan 40 becak hias. Ratusan damarkurung juga dipasang di sepanjang gang menuju Pondok Pesantren Hasyimiyah. Setiap kampung mempunyai satu maskot damar kurung yang di buat bersama dan diperlombakan. Ada juga perorangan, seperti gerobak, hingga mereka yang jalan kaki. Damarkurung disini adalah damar yang di kurung lampu yang ada dalam kurungan. Dan harus terbuat dari bambu. “Sebab, kami ingin tetap khas sejak awal berdirinya perayaan Damar Kurung sejak 53 tahun lalu,” jelasnya.
Sementara itu, Joko Iwan, Pemuda Pelopor setempat mengatakan, ratusan peserta, mulai dari anak, remaja hingga dewasa menjadi bagian dalam kegiatan lokal. Tujuan dari tradisi pameran damar kurung ini tentunya untuk mengangkat nilai khas dari Gresik, serta filosofi yang sarat agama dari damarkurung tersebut. “Uniknya, setiap tahun selalu menjaga kekhasan damar kurungnya, yakni tetap mengenakan kerangka bambu dan kertas di dalamnya. Mengingat kini sudah banyak kerangka kayu yang lebih mudah didapat untuk jadi damar kurung,” sebut dia.
Ningsih, 46, warga Karang Turi mengaku selalu menunggu perayaan ini. selain sebagai rutinitas, perayaan ini dianggapnya sebagai edukasi bagai anak-anak jaman sekarang. Agar teta[ mengenal KH Nurhasim yang merupakan tokoh lokal dari Karanganyar. “Selain itu bisa jadi hiburan untuk warga juga,” imbuhnya.
Sumber: Radar Gresik