Kecamatan Wringinanom merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Gresik, terletak di ujung selatan kabupaten Gresik yang berbatasan langsung dengan kabupaten Mojokerto dan kabupaten Gresik ternyata memiliki keunikan kenampakan alam serta budaya masyarakat sekitar. Kecamatan yang memiliki 16 desa ini memiliki kenampakan alam yang terbagi menjadi dua,wilayah utara dilalui perbukitan Kendeng Timur sedangkan wilayah selatan dilalui kali Surabaya yang juga memjadi pembatas dengan kabupaten Gresik.
Tak banyak yang mengetahui di kecamatan Wringinanom bagian utara tepatnya di perbukitan Kendeng Timur ini pernah ditemukan Pithecanthropus Mojokertensis pada tahun 1936 M, selain itu pada tahun 2011 M ditemukan peninggalan Majapahit di desa Kepuh Klagen hingga adanya Gunung Lumpur di desa Sumberwaru.
Wilayah kecamatan Wringinanom sendiri tepatnya di kali Surabaya memiliki komposisi bantaran sungai yang terjaga sehingga terdapat berbagai species hewan yang beragam. Pada tahun 2014, Gubernur Jawa Timur mengeluarkan surat keputusan bahwa wilayah kali Surabaya merupakan kawasan suaka ikan, tak hanya itu melalui LSM Ecoton Wringinanom saat ini memiliki objek wisata edukasi di kawasan suaka Kali Surabaya banyak didatangi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Budaya masyarakat Wringinanom secara umum memiliki kecenderungan kesenian maupun kebudayaan Mataraman.
Kesenian tradisi seperti Jaranan, Ludruk, Karawitan dan Tayub (Tand’an) menjadi tontonan yang banyak digemari, berbeda dengan kawasan Gresik kota yang merupakan salah satu pusat religi, maupun Gresik utara yang lebih berminat terhadap kesenian seperti Hadrah, Al Banjari, dan Qosidah. Bahkan beberapa paguyuban kesenian tradisi seperti Jaranan atau Jaran Kepang masih dapat dilihat eksistensinya dibeberapa desa di Wringinanom.
Untuk menuju Wringinanom, dibutuhkan waktu selama 1,5 jam untuk menempuh jarak sekitar 35 km. Jalan raya Wringinanom sendiri merupakan poros alternatif dari dan menuju anatara kota Surabaya dan Mojokerto.