Sindujaya, demikianlah nama seorang tokoh wali, ulama, dan umaro yang melegenda bagi masyarakat kota Gresik umumnya, khususnya masyarakat Lumpur dan Kroman. Tokoh yang satu ini memang bukan dari Gresik. Ia
dilahirkan di Lamongan dan pernah mengenyam sebagai santri Sunan Prapen,
penguasa Giri Kedhaton ke-4.
Jiwanya begitu bergelora dan bersemangat ingin terus mengembara dan mencari ilmu kemana kata hatinya
berkata. Suatu ketika, ia dan ketiga kawannya mendapat tugas khusus dari raja Kraton Kartasura dan berhasil gemilang, sehingga ia mendapat gelar kehormatan Sindujaya.
Pada kesempatan lain ia diangkat menjadi senapati Ampel Denta guna menghadapi prajurit Gumeno. Pada akhirnnya
terjadilah duel antara Sindujaya melawan Kidang Palih dan istrinya pemimpin Gumeno. Dalam pertempuran itu ia berhasil menang, karena kesaktiannya menggunakan ilmu kekebalan tubuh, gerak dan tingkahnya tak
dapat dilihat/didengar musuh.
Pada akhirnya ia mendapat penghargaan dari pangeran Ampel Denta berupa baju kebesaran/blankon dan
keris sebagai simbol status (sebagai seorang penguasa). Peristiwa ini terjadi pada Tahun 1652 dan layak untuk dijadikan Hari Jadi Kraman yang berarti pemberontakan (Gumeno terhadap Ampel Denta). Kini, kata “kraman” berubah ucapan menjadi Kroman.
Sumber : Sekilas Sejarah Dan Hari Jadi Kroman
Pengarang : Loemaksono
Isi : 30 halaman kertas A4
Terbit : Mei 2011
diambil dari : kroman-gresik.blogspot.com