Melihat potensi kebutuhan pasar mangga baik lokal maupun ekspor yang masih terbuka lebar, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Hortikultura tengah merintis pengembangan kawasan mangga terintegrasi berskala luas atau dikenal sebagai Food Estate Mangga.
Upaya tersebut sekaligus sebagai tindak lanjut arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada pertemuan G20 di Italy beberapa waktu lalu untuk memetakan wilayah yang potensial dikembangkan menjadi calon lokasi Food Estate baru. Food Estate hortikultura Mangga yang kini tengah dirintis di Gresik akan menjadi model yang pertamakali dikembangkan di Indonesia.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto usai bertemu Bupati Gresik H. Fandi Akhmad Yani di Pendopo Bupati Gresik (12/5), menyebut Food Estate Mangga di Gresik yang mulai dikembangkan tahun ini ditargetkan akan mencakup kawasan mangga seluas 1.000 hektar lebih baik yang berupa intensifikasi maupun perluasan areal baru.
Model yang dikembangkan berupa kemitraan antara kelompoktani dengan pelaku usaha (offtaker). “Substansi Food Estate Mangga ini adalah penataan kawasan produksi dan pemasaran melalui skema kemitraan close-loop. Konsep tersebut selain menjadi solusi bagi petani juga mendorong daya saing mangga nasional,” terang Prihasto. “Tahap awal, Tim Kementan telah melakukan survei, pendokumentasian, pemetaan lapangan, identifikasi kebutuhan dan berkoordinasi dengan Dinas Pertanian setempat serta calon offtaker nya. Grand Design juga sudah disiapkan. Kami optimis substansi FE ini nantinya bisa berjalan dengan baik, dan sukses”, terang pria yang akrab dipanggil Anton tersebut.
Bupati Gresik, H. Fandi Akhmad Yani mengapresiasi langkah Kementan menjadikan daerahnya sebagai lokasi percontohan FE Mangga. “Kami sangat mendukung program ini. Dengan branding ini, pastinya akan mengungkit daya saing produk mangga lokal. Otomatis nantinya juga akan tumbuh unit-unit usaha pendukung lainnya termasuk riset inovatif dari perguruan tinggi di Jawa Timur ini. Selain mangga kami juga ada jeruk nipis seluas 400 hektar sebagai kawasan pendukung,” kata Fandi.
Dalam kunjungan ke calon lokasi yang dikelola Kelompoktani dan PT Galasari di daerah Panceng Gresik, Prihasto mengatakan pihaknya akan mendorong pengembangan varietas mangga unggulan yang berorientasi ekspor. “Desain tanamnya akan dilakukan dengan model klaster agar lebih tertata dan memudahkan petani atau eksportir melakukan proses panen dan pascapanen. Pola tanamnya bisa dilakukan secara integrated farming antara komoditas utama mangga, jagung serta ternak,” imbuh Anton. Dalam prosesnya nanti, Pemerintah akan menyediakan fasilitas pendukung berupa sarana dan prasarana, alat dan mesin pertanian, permodalan, serta infrastruktur pendukung lainnya. Kementan juga akan menggelar bimbingan teknis, penyuluhan berkala, studi banding dan pelatihan agroteknologi guna merangsang peningkatan produksi dan mutu mangga di kawasan tersebut.
Dikonfirmasi di tempat yang sama, Direktur PT. Galasari Gunung Sejahtera (GGS), Dinar, menyambut baik program FE Mangga yang digagas Kementan tersebut. “Kami dan masyarakat yang ada disini sangat senang jika Gresik di tetapkan jadi lokasi pengembangan Food Estate. Sebagai offtaker maupun mitra petani, kami siap mendukung. Saat ini PT. GGS memiliki 500 hektar, 200 hektar diantaranya sudah eksisting,” kata Dinar. “Kedepan nanti kita bangun Agroindustrinya, kita akan buat pabrik olahan mangga. Insya Allah, nanti kami akan menampung mangga hasil produksi petani sesuai gradenya. Grade A akan kita jual dalam bentuk buah segar, selebihnya kita olah jadi makanan dan minuman,”sambungnya.
Senada, Kepala Dinas Pertanian Gresik, Eko Andindito Putro, mengaku optimis Food Estate hortikultura berbasis korporasi di daerahnya akan berhasil, pasalnya secara georgrafis Gresik sangat cocok untuk pertanaman mangga. Selain itu SDM petani Gresik juga dikenal pengalaman, ulet dan pekerja keras. “Di Kabupaten Gresik setidaknya ada 700 hektar kebun mangga yang eksis dikelola petani dengan berbagai varietas. Kita upayakan nantinya bisa mencapai lebih dari 1.000 hektar” ungkap Eko. “Apalagi melalui FE ini nantinya akan ada jaminan pasar dari off taker. Kami yakin petani akan antusias dengan program ini,” ujar Eko.