Teknik bangunan kabupaten atau kota biasanya terdiri dari Istana, Alun – alun, Pohon Beringin, dan Masjid. Letaknya sangat teratur serta memiliki makna serta pesan moral dalam proses penataannya.
Alun – alun berasal dari kata “Allaun” artinya banyak macam dan warna, diucapkan dua kali “Alaun-allaun” yang menunjukkan maksud tempat bersama ratanya segenap rakyat dan penguasa di pusat kota.
Tak jauh dari kediaman penguasa yang letaknya di pusat kota biasanya terdapat pohon Waringin atau lebih dikenal dengan sebutan pohon Beringin. Waringin berasal dari kata “Waraa’in” yang artinya orang yang sangat berhati-haiti-hati.
Orang-orang yang berkumpul di Alun-alun itu diingatkan untuk sangat berhati-hati dalam memelihara dirinya dan menjaga segala hukum atau undang-undang, baik hukum Negara ataupun hukum agama yang dilambangkan dengan pohon beringin yakni Al Qur’an dan Al Hadist.
Alun-alun biasanya berbentuk segi empat hal ini dimaksudkan agar dalam menjalankan ibadah seseorang haruslah berpedoman terhadap syari’at, hakikat, tariqat, dan ma’rifat. Maka tidak dibenarkan hakikat saja tanpa
mengamalkan syari’at agama Islam. Untuk itu didekat Alun-alun pasti
disediakan Masjid sebagai pusat kegiatan ibadah.
Alun-alun dan pohon beringin. Selain itu menghadap ke laut dan
membelakangi gunung. Hal ini sebagai pesan bahwa penguasa harus menjauhi
kesombongan, sedang menghadap laut mengandung pesan bahwa penguasa
hendaknya berhati pemurah dan pemaaf seperti luasnya lautan.
atau kabupaten memiliki pesan bahwa penguasa harus selalu mengawasi
jalannya undang-undang dan rakyatnya. Dalam catatan sejarah di Gresik
terdapat tiga Alun-alun utama, diantaranya Alun-alun Giri di masa
Kesunanan Giri “ Giri Kedaton”, Alun-alun Sidayu di masa Kesepuhan
Sidayu, dan Alun-alun Gresik saat ini.
Mbah Rahimsyah. 2002. Kisah Wali Songo. Surabaya : Amanah
Wahyu Firmansyah
Akun Instagram : @wahyufirsyah