INIGRESIK.COM-Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) masih menjadi ancaman serius bagi populasi ternak di Kabupaten Gresik. Berdasarkan data terbaru dari Dinas Pertanian (Dispertan) Gresik, sejak 1 Desember 2024 hingga 12 Februari 2025, tercatat 674 kasus PMK. Dari jumlah tersebut, 325 ekor sapi masih sakit, 264 dinyatakan sembuh, dan 78 ekor sapi mati.
Kepala Bidang Peternakan Dispertan Gresik, dr. Viki Mustofa, menyebut Kecamatan Wringinanom sebagai wilayah dengan jumlah kematian sapi terbanyak, yakni 25 ekor. Ia menegaskan bahwa PMK merupakan penyakit menular yang berbahaya bagi ternak.
“PMK adalah penyakit menular yang sangat cepat menyebar dan berbahaya bagi ternak sapi. Kami terus melakukan upaya pencegahan dan pengobatan untuk menekan angka kematian,” ujarnya, Rabu 12 Februari 2025.
Meski penanggulangan terus dilakukan, pemerintah belum menyediakan anggaran kompensasi bagi peternak yang mengalami kerugian akibat wabah ini. Hal tersebut semakin menambah beban bagi peternak yang kehilangan sapi mereka.
“Kami memang terus melakukan upaya penanggulangan, tetapi terkait kompensasi atau bantuan anggaran bagi peternak memang tidak ada,” tambah Viki.
BACA JUGA : Pilkada Tuban Berjalan Lancar, Partisipasi Pemilih Dievaluasi
Dampak ekonomi akibat PMK dirasakan langsung oleh peternak, termasuk Bagus, seorang peternak asal Menganti, yang kehilangan satu ekor sapi dan mengalami kerugian hingga Rp 25 juta.
“Uang segitu bagi saya sangat besar, apalagi sampai sekarang saya belum menerima bantuan apa pun,” ungkapnya dengan nada kecewa.
Para peternak di Gresik masih berharap pemerintah segera memberikan solusi untuk meringankan beban ekonomi yang ditimbulkan oleh wabah PMK.