INIGRESIK.COM – Secara geografis Giri merupakan daerah yang berbukit-bukit. Diantara bukit-bukit tersebut terdapat genangan-genangan air, sehingga membentuk sebuah telaga.
Ada yang bersumber pada mata air tertentu dan ada pula yang airnya bergantung pada curah air musim hujan.
Telaga-telaga tersebut mempunyai mata air sendiri serta tidak mengalami kekeringan pada musim kemarau. Jelas bahwa air merupakan suatu kebutuhan utama masyarakat daerah Giri.
Adanya telaga-telaga tersebut merupakan tempat menyimpan air (danau ataupun waduk) untuk mememnuhi kebutuhan air penduduk daerah Giri. Pembangunan telaga – telaga ini diprakarsai oleh Sunan Giri yang dibantu para santri dan pengikutnya serta masyarakat sekitar yang masih keturunan maupun pengikut Sunan Giri.
BACA JUGA
- Proyek Tol Gresik–Tuban Kemungkinan Dilanjutkan, Tol Demak–Tuban Belum Prioritas
- Lansia Terlantar Kembali Ditemukan, Berikut Tanggapan Ketua DPRD Gresik dan Dinsos Gresik
- Baru Mau Gaya-Gayaan, Pemuda Mengare Ditangkap Polisi Gegara Curanmor di Sidayu
- Rumah Kayu di Gresik Terbakar Hebat, Diduga Akibat Kompor Gas
- Seni dan Edukasi Bonsai Meriahkan Gresik dalam Event “PEMBUKAAN & DEMO BONSAI GRESIK 2025”
Beberapa telaga yang terdapat di daerah Giri antara lain ialah :
1. Telaga Pegat
Telaga Pegat terletak sekitar 300 meter tenggara makam Sunan Giri atau sekitar 100 meter dari Giri Kedaton. Dengan luas sekitar 2 hektar atau dua kali lipat Telaga Pati. Dalam bahasa Jawa, Pegat berarti memisahkan, hal ini dikarenakan Telaga Pegat memisahkan dua gunung yaitu Gunung Bagong dan Gunung Patireman.
Sejak dibangunnya Telaga Pegat oleh Sunan Giri dan para santrinya hingga sekarang telaga tersebut sama sekali tidak pernah mengering, bahkan disaat musim kemarau tiba.
Namun ketika musim hujan airnya terkadang meluap, maka dibuatlah sebuah pintu air yang menyalurkan ke sungai-sungai yang bermuara di laut. Pada waktu membuat telaga inilah terjadinya karomah Sunan Giri yaitu “Kendil Karomah” yang nasinya tidak habis-habis walaupun diambil ribuan orang yang menggerjakan telaga tersebut.
Telaga ini dibuat pada tahun saka candra sengkala “Telaga Pegat Padusaning Wong” 1401 saka.
2. Telaga Kembar
Telaga Kembar terletak sekitar 200 meter di sebelah barat daya makam Sunan Giri. Dinamakan telaga kembar karena telaga ini terdiri dari dua telaga, yaitu “Telaga Pati” dan “Telaga Kerobokan”. Telaga ini dibuatt pada tahun saka candra sengkala “suci rurup tata kabeh” 1406 saka.
Telaga Kerobokan tempatnya lebih tinggi daripada Telaga Pati. Kedua telaga ini dihubungkan dengan saluran sehingga seakan-akan saluran ini sebagai penyalur air bersih yang telah diendapkan kotorannya di Telaga Kerobokan.
Air dari kedua telaga ini bersumber dari tampungan air hujan. Dalam catatan sejarah, terjadinya telaga ini ketika kala itu Sunan Giri sedang membuat Telaga Pegat. Berita ini terdengar oleh para santri dan pengikutnya yang terdapat di daerah Pati, Jawa Tengah.
Maka datanglah mereka ini untuk memberikan sumbangsih tenaga terhadap pembangunan telaga, namun kedatangan mereka terlambat dimana pembuatan Telaga Pegat telah selesai.
Agar niat baik mereka tidak sia-sia serta hasrat mereka tersalur, maka atas kebijakan Sunan Giri mereka diberikan amanah oleh Sunan Giri untuk membuat Telaga Kembar.
Selain untuk memenuhi kebutuhan wudhu, air telaga ini digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci pakaian, perikanan, dan sebagai sarana rekrreasi.