INIGRESIK.COM – Berikut kita simak pencetus hanacaraka seorang muslim.
Menurut berbagai catatan kuno mengenai Jawa, asal usul pulau Jawa baru diketahui ketika kedatangan Aji Saka. Dari sumber Babad Tanah Jawi dijelaskan bahwa Aji Saka merupakan utusan dari kerajaan Astina.
Astina merupakan nama lain dari salah satu daerah kekuasaan kerajaan Islam, beberapa sumber menyebutkan bahwa beliau berasal dari Gujarat (India), ada pula yang menyebutkan beliau berasal dari Persia (Iran).
BACA JUGA
- Haul ke-70 Al-Habib Al-Qutb Abu Bakar bin Muhammad bin Umar Assegaf Akan Digelar di Gresik pada 13-14 Juni 2025
- PT Aldzama Buka Lowongan Kerja 2025! Cari Talenta Terbaik untuk Posisi Strategis
- SMA Negeri 1 Gresik Umumkan Jadwal dan Alur Pendaftaran Peserta Didik Baru Tahun Ajaran 2025/2026
- Buruan, Dinas Tenaga Kerja Gresik Buka Pelatihan Operator Forklift GRATIS, Ini Syaratnya!
- KH Mansoer Shodiq, Ketua MUI Gresik Periode 2014-2024, Wafat di Usia 77 Tahun
Aji Saka merupakan gelar seorang mubaligh di tanah Jawa yang memiliki nama asli Syekh Subakir.Beliau merupakan spesialis di bidang ekologi Islam berkebangsaan Persia. Beliau merupakan cicit dari salah satu sahabat Rasulullah SAW yang bernama Salman al-Farisi.
Selanjutnya beliau mendapat amanah dari Sultan Muhammad 1 sebagai salah satu anggota Wali Songo periode pertama.
Dalam catatan KH. Shohibul Faroji Al-Robbani, nasab lengkap Syeikh Subakir adalah Syeikh Subakir bin Abdullah bin Aly bin Ahmad bin Aly bin Ahmad bin Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Aly bin Abu Bakar bin Salman bin Hasyim bin Ahmad bin Badrudin bin Omar bin Aly bin Salman Al-Farisi (Sahabat Rasulullah SAW).
Beliau berdakwah keliling dan menjadikan Gunung Tidar, Magelang sebagai pesantren pusat dakwahnya. Syekh subakir kembali ke Persia pada tahun 1462 M dan wafat disana.
Syeikh Subakir meninggal dunia di Persia (Iran), beberapa karya Syeikh Subakir yang bergelar Aji Saka yaitu penemu sekaligus pengagas huruf jawa yang berbunyi
Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Pa, Dha, Ja, Ya, Nya, Ma, Ga, Ba, Tha, Nga.
Beliau juga yang memberi nama Jawa yang diambil dari bahasa Suryani yang artinya tanah yang subur. Syekh subakir menciptakan huruf-huruf untuk mengabadikan kesetiaan dua santrinya dalam melaksanakan tugas.